“Kita ikuti saja perasaan ini sayang”
Aku terdiam sesaat. Rasa sakit itu tetap merembes bahkan sudah sampai pada otakku. Aku kembali pada keegoisanku. Melangkahkan kakiku mundur ke belakang perlahan dan sangat perlahan. Aku ingin menjauh tapi tak bisa. Aku masih ada dalam putaran waktuku dan waktumu. Dan aku melihatmu dari tempatku disini. Dan kau duduk terdiam dan aku lihat kau juga menangis sambil menudukkan kepala dan membiarkan rambutmu menutup sebagian wajahmu. Ingin aku sibakkan dan memandang matamu. Mata hujan itu. Dan memelukmu sambil mengatakan, “Aku sangat mencintaimu lelakiku dengan semua keegoisanku”.
“Seperti aku. Kau juga berhak untuk keluar dari dunia ini untuk menjawab sebuah pertanyaan yang selalu kau ajukan padaku”
Aku percaya kau ingin membuatku bahagia. Dan biarkan aku terus mencintai dan memujamu. Karena itu adalah kebahagian yang aku cari sayangku.
Mbak Ira.., aku kesulitan membaca tulisannya karena backgroundnya terlalu gelap, sementara tulisannya juga hitam…
Aku datang kesini bukan untuk membuatmu sedih mbak… 😀
Cinta memang egois sejak jaman baheula, kok mbak hehehehe..
ohhhh..
info yang bermanfaat
terima kasih
cinta tak ada yg tidak egois mba…pd dasarnya mencintai jg egois !!
kenangan ? ataukah imajinasimu, Raa?
ataukah keduanya?
kerapkali kita masuk dalam turbulensinya hingga sulit keluar.
Hei, meski headernya tetep, templatenya ganti, ya…
Bagaimana tempat barumu? Menyenangkan? Salam dari belahan bumi priangan, dariku.
sedihnya…
keegoisan kadang haeus disikapi dengan bijak.. tak bisa hilang ssama sekali.
tetap semangat ya..
katanya cinta tak harus memiliki yah.. (tapi apa bisa seperti itu??)
bekgronnya bagus mbak 🙂
cinta butuh egois…
kalo tidak keburu diserobot orang hehehhe
ayo kita egois.. *lho?*
akibat terbiasa baca yang ringan2
kena yg berat jadi sedikit pusing 😀