Gie dan aku sama-sama berpikir jika seharusnya kegiatan Intra Mahasiswa tidak seharusnya dimasuki pikiran politik. Mahasiswa harus bersatu dengan atas nama perubahan, walaupun sesekali harus “menyentil” pemerintahan. Tidak harus berteriak-teriak mencari perbedaan pandangan politik dari kumpulan bendera hijau, merah, biru, hitam atau bahkan putih sekalian. Bukankah Mahasiswa adalah ujung tombak perubahan. Nah…bagaimana perubahan itu akan muncul jika banyak ujung tombak tapi tak ada tenaga untuk mendorong ujung tombak itu. Bukankah lebih baik satu tombak dengan tenaga ribuan dari mahasiswa? Gie dan aku percaya jika perubahan itu akan segera terjadi.
Sebuah Tanya
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
Dan dibawah ini juga puisi dari Gie. Sayangnya aku tak tau judulnya, Jika kau tau judulnya, tolong kabari aku
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
“orang-orang seperti kita tidak pantas mati di tempat tidur”
catatan ini aku persembahkan pada Gie dan Idhan Lubis serta bulan Desember yang penuh kisah
Salam… aku ingatkan bener cowokmu…
naratif yang bagus skali.
Namun, Gie itu memang hebat!
gie dengan ideologi kemanusiaannya bener2 inspiratif buat aku…
ada baiknya juga dia mati… "berbahagialah mereka yang mati muda"
Hm….Gie, Sosok Idialis yang Menjadi Panutan Kawan2 Muda.
Ia belum sempat tua dan mengenal kebusukan yang menggoda. Barangkali bener, "berbahagialah mereka yg mati muda" itulah nasib terbaik kedua, katanya.
Hehe.
Soe Hok Gie, inspirasi terbesar bagi idealisme mahasiswa. Catatan Seorang Demonstran, bukunya masih terawat dg baik di rak daalm kamar. Duh, jadi kangen ingin kembali ke masa2 di kampus dulu. Wah, keren, ternyata mbak Ira punya banyak kesamaan dg Gie ya? Review mantap.
dia mati muda..tapi berbahagia
sayang.. pejuang yang tak kenal lelah itu harus menutup usia saat muda…. mari kita lanjutkan perjuangannya untuk membantai politik2 kotor di bumi pertiwi…
Kadang kita suka lupa dengan pejuang yang tak pernah mengemuka
atau tak tercatat dalam sejarah
tapi kini, setidaknya Film Gie telah mengingatkan kita pada sosok pahlawan
Film Gie, aku pernah nonton
dan merupakan salah satu film terbaik di Indonesia
Jadi kepingin nonton Gie-nya Mira Lesmana lagi. Sayang sampai sekarang aku belum baca komentar Ira-nya Gie tentang Gie sendiri. Kenapa Gie pendiam? Kenapa Gie tidak mau kompromi kepada keadaan? Bagaimana sesungguhnya perasaan Ira ketika Gie meninggal?
aaa~ saya belom pernah nonton film gie. aa~ pengen nonton, pngen baca juga bukunya..
mau nyewa aah, mengisi waktu liburan.. ehehe
baca tulisan mbak Ira, aku jadi lebih tau tentang Gie..
tadinya sih cuma liat filmnya aja..
Mbak, emang bner2 hebat, aku salut sama mbak Ira, Slamat n Sukse ya mbak!!! Klau memang mbak ga' keberatan boleh dunk mbak ngajarn aku!
Kira-kira dua taun lalu, saya dan seorang teman bikin sebuah camping mengenang soe hok gie. Setelah lacak sana sini, berhasillah kami mendapat nomor telpon Bang Herman lantang. Ternyata, beliau bersedia dateng dari jakarta buat ikutan camping itu dan bercerita buat kami semua. Wuhuuu! senangnya! Kalo gak salah waktu itu hadir juga bang Tides (mm atau siapa ya aku lupa, yang jelas dari keluarga Katoppo juga dan sahabat Gie). Ngemeng-ngemeng, bang Herman itu orangnya ngocol dan funky banget! dia ngomong sama kami semua pake lu gue. Dan seneeeng banget bercerita sehingga kami begadang sampe pagi hahaha. Ditemani ayam bakar dan kopi tubruk di sebuah hutan pinus di lembang-Bandung.
Wow …
Repewnya tentang Gie mantap.
wah salut banget sama tulisannya………..Gie memang sosok yang luar biasa!!!!!
salah satu toko yg kukagumi juga………
thanks to all…….Gie memang tidak pernah mati!