* 11 Januari
sebelas januari bertemu
menjalani kisah cinta ini
naluri berkata engkaulah milikkuBahagia selalu dimiliki
bertahun menjalani bersamamu
kunyatakan bahwa engkaulah jiwaku
duduk di sebelah kamu sambil menimang-nimang kameramu. Dulu…entah
berapa tahun yang lalu. Tapi tidak begiu lama kan…..5 atau 6 tahun lalu.
tertawa dan aku masih ingat senyuman dia dan tatapan mata dia yang
seakan-akan mempersilahkan aku untuk pergi meninggalkan dia.
akulah penjagamu
akulah pelindungmu
akulah pendampingmu
di setiap langkah – langkahmu
kabarmu? Kapan kita terakhir bertemu. Cukup lama kan? Apakah kamu
masih tetap dengan ransel dan baju hitam kamu?. Dengan rambutmu? Aku
tidak memungkiri bahwa aku juga jatuh cinta padamu. Kau tahu Doenk….aku
kehilangan kamu. Aku merasa bersalah saat seorang perempuan yang mengaku
bahwa ia yang lebih berhak memiliki kamu menelponku. Aku hanya diam
saat perempuan itu berkata panjang lebar tentang kamu hingga aku
memutuskan untuk menutup telpon itu. Dan tidak mau mengangkat telpon
dengan kode arae dari kota kamu. Walaupun aku tau itu adalah nomer dari
kantor kamu. Aku patah hati saat itu Doenk….Apalagi kemudian kamu
benar-benar meninggalkanku. Bukan meninggalkan…tapi menjauh lebih
tepatnya.
Melindungi aku. Mengajari aku. Membimbing aku. Lalu bagaimana dengan
janji kamu padaku di tepi pantai saat itu? Janji lelaki dewasa kepada
seorang gadis di usiaku saat itu.
pernahku menyakiti hatimu
pernah kau melupakan janji ini
semua karena kita ini manusia
pernah bertemu lagi. Wajah kamu masih sama. Rahang kamu masih sama.
Tinggi kamu masih sama menjulang jauh di bandingkan aku. Hanya lensa dan
kamera kamu yang sudah berubah. Dan dihadapanmu aku bukan lagi gadis
yang gampang kamu bodohi.
tau Doenk…saat itu aku ingin berlari menghempaskan diriku dalam
pelukmu. Tapi Jarak kita terlalu jauh. Sangat jauh. Ada sebuah tembok
yang tidak mungkin kita lalui walau sekedar menggenggam jemari.
menghela nafas berat. “Tidak ada yang perlu di maafkan. Tuhan yang
menemukan kita. Bukankah itu katamu dulu. Cukup sebagai kenangan yang
membuat kita akan semain dewasa kan Doenk”
menjawab sekenanya, “Aku juga sangat kehilangan kamu Doenk. Ibu selalu
menanyakan kamu. Aku hanya bilang kamu sedang ke Pulau Komodo. Alasan
yang konyol kan?”
mengangguk pelan, “termasuk batu kaca yang kamu berikan ke aku. Sempat
aku menitipakannya pada ibu. Tapi setelah ibu meninggal, aku kembali
menyimpannya sendri”.
kau bawa diriku
ke dalam hidupmu
kau basuh diriku
dengan rasa sayang
senyummu juga sedihmu
adalah hidupku
depan makam ibu kamu terduduk mengisak. Saya tidak pernah menyangka
laki-laki se garang kamu bisa menangis. Saya hanya diam dan menjauh dari
kamu dan makam ibuku. Memilih menepi. Ibu ku selalu menanyakan kamu
Doenk. Menanyakan tentang hubungan kita. Tapi aku tidak pernah bisa
menjelaskannya padanya jika kepercayaan kita berbeda. Bertahun-tahun aku
menyimpannya dari ibuku bahwa kamu seorang atheis dan ada seorang
perempuan lain yang lebih berhak hidup dengan kamu. Bukan aku.
berdiri di pintu kereta hanya melambaikan tangan padaku. Tidak ada
ciuman di kening atau pelukan yang dulu selalu kita lakukan jika
berpisah.
“Sebagai kenang-kenangan” . Teriakku. Kereta telah berangkat dan aku
mengusap air mataku.
kau sentuh cintaku
dengan lembut dengan sejuta warna…
mendengarkan irama itu berkali-kali hari ini. Sambil mengenang
pertemuan dan perpisahan kita. Ya…kamu hanya bagian dari masa laluku.
Kamu mengajarkan banyak hal padaku. Mencintai laut, mencintai sejarah
dan mencintai dunia Photografi walaupun aku bukan seorang perofesional
seperti kamu. Mencintai diskusi-diskusi panjang tentang kehidupan. Kamu
membuat warna dalam hidup aku.
ingat pertama kali kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku dan akan
menjagamu. Santai aja Doenk….aku tidak akan pernah menagih janjimu pada
ku. Terimakasih ya…..sms aku jika kamu membaca catatan sederhana aku
ini.
Lihatlah hidup dari sisi yang
berbeda Raa….di situ kamu akan menemukan sesuatu yang luar biasa.
Seperti pengambilan gambar. Lihatlah dari sudut yang tidak biasa……Aku
yakin kamu akan bisa Raa(Doenk)
Ilalangku….apakah kamu cemburu membaca tulisanku ini? Aku harap sih
kamu cemburu agar aku tahu bahwa kamu masih mencintaiku. Halah…..Doenk
hanya bagian dari masa laluku. Dan kamu adalah lelaki inspirasiku hari
ini. Dan aku sedang tidak merayumu……..


Original……….
Saya ingat gambar ini diambil di depan Taman Blambangan…..tepatnya di
Inggrisan. Tidak perlu saya jelaskan secara detail siapa yang mengambil
gambar ini, ataupun kapan serta moment apa saat itu. Yang pasti lebih
dari 4 tahun yang lalu? mungkin…..
Gambar ini adalah sebuah titik awal. Ya…saya mengatakan sebuah awal
saat saya belajar untuk menjadi perempuan yang lebih dewasa dan lebih
perhatian pada mereka yang berada di sekitar saya.Saya belajar untuk
berbagi. Gambar ini adalah…….sebuah kebebasan yang pernah menjadi
pegangan saya. Bebas secara ideologi. Bebas secara perasaan. Bebas
secara fisik. Saat saya tidak peduli dengan pandangan orang terhadap
kehidupan saya.
Setiap melihat gambar ini. Saya selalu melihat masa lalu saya. Yang saya
pikir sangat “parah” dibandingkan perempuan lain yang berusia sama
dengan saya. Awal bagaimana saya tidak mempunya daya tawar dengan
kehidupan dan kenyataan. Bagaimana saya bertahan……..
Dan saya tidak pernah malu dengan masa lalu yang pernah saya jalani.
Karena saya yang sekarang ada karena perjalanan masa lalu saya
11 januari kenangan yang imdah kenangan yang tak terlupakan duh aku jadi ikut mengenang masa lalu